Hipertensi Disebut Sebagai SIlent Killer
Hipertensi Disebut sebagai Sillent Killer
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah melebihi normal yaitu di atas 120/80 mmHg, yang biasanya banyak ditemui pada usia dewasa hingga lanjut usia. Namun tidak menutup kemungkinan jika kondisi ini bisa menyerang siapa saja. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Peningkatan orang-orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29% pada tahun 2025. Menurut Kementerian Kesehatan RI hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8%) yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, kemudian hanya 0,7% saja pasien yang minum obat.
Gejala hipertensi salah satunya adalah sakit kepala, pusing, penglihatan buram, mual, telinga berdenging, detak jantung tidak teratur, nyeri dada, sesak nafas dan berdebar. Namun seringnya hipertensi tidak menunjukkan gejala sama sekali sehingga sering disebut sebagai “the silent killer”, penderita biasanya tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki hipertensi hingga sudah timbul komplikasi dari hipertensi itu sendiri.
Di sisi lain, tak sedikit pasien hipertensi yang menganggap bahwa pusing dan nyeri kepala sebagai tanda jika tekanan darahnya sedang tinggi. Akibatnya, jika pasien tidak merasakan nyeri kepala maka tensinya normal. Hal ini menjadikan pasien berinisiatif sendiri untuk menghentikan pengobatan hipertensinya.
Jika tidak terdeteksi dini dan terobati tepat waktu, hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi serius. Hipertensi dapat menyerang 5 organ utama yaitu jantung (pembesaran jantung kiri, penyakit jantung koroner, gagal jantung), otak (stroke), pembuluh darah, ginjal (penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal), dan mata (retinopati yang menyebabkan penglihatan kabur).
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini tentunya cukup berkontribusi besar terhadap semakin meningkatnya prevalensi hipertensi di Indonesia.
Kemungkinan seseorang mengidap hipertensi akan semakin meningkat seiring dengan seiring bertambahnya usia, terlebih untuk mereka dengan usia di atas 65 tahun. Faktor resiko hipertensi lainnya antara lain kelebihan berat badan (obesitas), adanya riwayat hipertensi dalam keluarga (genetik), jarang berolahraga, mengonsumsi banyak garam, kopi dan alkohol.
Disiplin tinggi dalam menerapkan gaya hidup sehat akan memberikan dampak positif yang signifikan pada tekanan darah. Beberapa penderita penyakit hipertensi bahkan tidak perlu mengonsumsi obat-obatan karena berhasil menerapkan perubahan gaya hidup untuk menormalkan tekanan darah.
Adapun yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan menangani hipertensi seperti menjaga gaya hidup dan pola makan yang sehat. Olahraga teratur setidaknya minimal 30 menit setiap hari, menjaga berat badan ideal atau menurunkan berat badan pada kondisi kelebihan berat badan atau obesitas, menghindari makanan tinggi garam dengan batasan tidak melebihi 1 sendok teh perhari atau 3.5-4gr per hari,menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol, konsumsi buah buahan segar, sayuran, ikan, menghindari kebiasaan merokok serta paparan terhadap asap rokok (perokok pasif) dan menghindari konsumsi alkohol.
Obat anti hipertensi diberikan jika tidak ada perubahan setelah modifikasi gaya hidup. Obat tekanan darah tinggi wajib selalu dikonsumsi tiap hari sampai target tekanan darah tercapai dan kontrol tiap bulan ke dokter. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan rutin secara mandiri di rumah untuk membantu mengontrol tekanan darah.